SAUNG SUNDA (RUMAH ADAT TRADISIONAL SUNDA)
Saung Sunda (Rumah Tradisional Adat Sunda |
Kerangka rumah tradisional sunda disebut
rangkay. Rangkay terdiri dari tiga bagian. Bagian atas disebut hateup
(atap) dan suhunan(bubungan), bagian tengah disebut rangka atau badan,
dan bagian bawah disebut salasar (lantai). Atap rumah tradisional
terbuat dari ijuk, atau daun enau, tapi belakang lebih banyak
mempergunakan genting, kecuali yang di SELARAS Adventure Land.
Ada tiga jenis suhunan, yaitu suhunan
panjang, suhunan pendek (suhunan jure) dan lisung nangkub (lesung
tertelungkup). Sedangkan bentuknya ada yang disebut limasan, tagog
anjing, dll. Bahan-bahan rumah terbuat dari kayu, walaupun mungkin
dahulu ada juga rumah yang tiangnya terbuat dari bambu, karena ada
peribahasa hejo tihang, yaitu sebutan buat orang yang selalu
pindah-pindah rumah, sehingga tiangnya tak sempat kering. Dinding rumah
terbuat dari bilik, yaitu anyaman bambu, ada yang dianyam miring
(anyaman kepang), ada yang lurus (anyaman sasag).
Ada juga yang
mempergunakan papan. Lantai rumah terbuat dari talupuh atau palupuh,
yaitu batang-batang bambu yang dibelah dan dicacah, tapi tak sampai
terpisah, lalu diratakan dengan panggungnya (yang bersembilu) di atas.
Bekas cacahannya memungkinkan udara leluasa masuk dari kolong rumah.
Dengan demikian, baik melalui dinding bilik yang juga punya celah-celah,
maupun melalui lantai palupuh, pertukaran udara dalam rumah berlangsung
dengan baik, walaupun pada umumnya rumah tradisional tidak mempunyai
jendela atau lubang angin.
Rumah Sunda di SELARAS Adventure Land |
Tangga untuk naik rumah disebut golodog atau babancik (pada rumah tembok). Rumah panggung dengan tatapakan batu ini, secara teknis dapat bertahan dari guncangan gempa bumi, sehingga cocok dengan alam priangan yang banyak gunung apinya yang masih aktif. Tapi rumah-rumah di pesisir atau di dataran rendah, banyak ngupuk, bukan rumah panggung. Di daerah Cirebon bentuk rumah Jawa dan Cina yang Nampak pada bentuk suhunan, misalnya ada bentuk limasan dan suhunannya berbentuk ular naga. Namun pembagian rumah menjadi tiga: depan, tangah dan belakang, masih dipertahankan.
Rumah tradisional masih nampak di perkampungan, tetapi kian lama kian banyak orang yang membuat rumah tembok dengan lantai tegel, karena hal itu dianggap menaikkan gengsinya dalam masyarakat. Hanya orang kanekes, penduduk kampung naga dan kampung pulo yang masih mempertahankan tradisi mereka.
No comments:
Post a Comment